Akan tetapi walaupun bersumber dari gaya bermain tim nasional Belanda yang bernama total football, tiki - taka ini juga berbeda secara fundamental dimana Josep Pep Guardiola membuat taktik berita bola tersebut kedalam pengoperan si kulit bundar. Josep Pep Guardiola memposisikan seorang penyerang tengah sebagai false nine alias penyerang palsu untuk menjaga si kulit bundar tetap bergerak dengan lancar dari berbagai macam sudut diatas lapangan hijau. Salah satu pionir false nine di Barcelona saat itu adalah Lionel Messi kemudian David Villa dan mereka menciptakan performa yang apik awas gawang valencia menjadi korban favorit benzema.
Selain itu, Josep Pep Guardiola juga menempatkan pemain bertahan full back dengan lebih masuk ke dalam, dimana pelatih berkepala plontos ini memilih gelandang yang bertugas untuk bertahan memiliki tujuan guna mengeksploitasi dan juga mendorong kemampuan mengoper si kulit bundar yang mereka miliki ke batas ekstrim serta memaksa sang penjaga gawang untuk memainkan berita bola dunia dari bagian belakang alias tidak terlalu maju. Formasi seperti ini sebenarnya agak beresiko juga lantaran Barcelona tidak bisa terlalu menggunakan taktik jebakan offside dengan efektif.
Raphael Honigstein menggambarkan strategi tiki - taka yang digunakan oleh tim nasional Spanyol pada pergelaran piala dunia tahun dua ribu sepuluh silam sebagai sebuah gaya bermain berita bola indonesia yang radikal dan merupakan sebuah evolusi dari gaya permainan lain sejak empat tahun saja. Terbukti, strategi seperti ini mampu membawa tim nasional Spanyol yang kala itu diasuh oleh Luis Aragonez menjuarai kompetisi akbar sepakbola tertinggi dilevel internasional dan juga membawa nama mereka sebagai salah satu tim yang harus diperhitungkan akibat strategi ini.
Melanjutkan komentarnya, Raphael Honigstein juga mengatakan bahwa keputusan tim nasional Spanyol menerapkan gaya bermain tiki - taka ini muncul setelah pada pergelaran piala dunia tahun dua ribu enam sebelumnya dimana para punggawa matador tersebut tidak memikili kemampuan fisik serta kekuatan yang cukup untuk mengalahkan para lawan - lawannya secara fisik dan oleh karena itu mereka menginginkan strategi yang berfokus kepada monopolisasi si kulit bundar karena dengan begitu, para punggawa tim nasional Spanyol tidak harus beradu fisik secara langsung kecuali memang diharuskan dan pertandingan berjalan sangat alot.
Jed Davies, seorang pelatih sepakbola pada Universitas Oxford Inggris sekaligus juga pengarang dari buku berjudul "melatih gaya bermain tiki - taka" percaya bahwa sepakbola tiki - taka adalah sesuatu yang apabila dib andingkan dengan hal - hal lain merupakan sebuah revolusi pada sebuah konsep yang berdasarkan dari ide dimana ukuran dari lapangan hijau tempat mengolah si kulit bundar adalah fleksibel dan bisa dimanipulasi oleh tim yang bermain diatasnya. Komentar ini menandakan bahwa gaya permainan yang satu ini bisa menyesuaikan bagaimanapun situasi dan kondisi yang sedang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar